108 Lansia di Makassar Diberikan Pendampingan agar Terhindar dari Penipuan dan Hoaks Digital Jelang Pilkada Serentak 2024 Selama Sebulan

108 Lansia di Makassar Diberikan Pendampingan agar Terhindar dari Penipuan dan Hoaks Digital Jelang Pilkada Serentak 2024 Selama Sebulan

Smallest Font
Largest Font

BERITASUARA.COM, - Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Kota Makassar menggelar Akademi Digital Lansia (ADL) di Kantor BKKNB Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (24/7/2024) lalu. 

Kegiatan ini dihadiri 108 orang peserta lansia dari berbagai komunitas seperti Mappedeceng, Inninnawa, Smart PWRI, Sipakalebbi, Abdie Harapan, Paguyuban Juang Kencana, dan AKU Bkkbn Sulsel.

Mafindo menurunkan 10 orang fasilitator untuk membekali para lansia dengan pemahaman mengenai cara pencegahan terhadap penipuan di dunia digital dan pencegahan terhadap hoaks menjelang Pilkada 2024.

Koordinator Wilayah Mafindo Makassar Andi Fauziah Astrid mengapresiasi kehadiran para peserta lansia yang sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ADL ini.

“Mafindo Makassar sangat bangga karena peserta antusiasmenya besar. Para peserta memahami materi dengan baik,” ujarnya, seperti dikutip dari Tribuntimur.com, Senin 29 Juli 2024.

Astrid menambahkan, kegiatan ADL ini tak hanya berhenti sampai di sini saja. Namun akan ada tindak lanjut dari tim Mafindo untuk para peserta.

“Rencana tindak lanjutnya pendampingan selama sebulan via virtual,” ujarnya.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Ketua Tim Kerja Pengendalian Penduduk BKKBN Sulsel, Yoseph Upa.

Dalam sambutannya Yoseph mengapresiasi kegiatan ADL yang digelar oleh Mafindo. Kegiatan ini dianggap penting untuk mengedukasi lansia aga menggunakan media sosial secara bijak dan hati-hati.

"Tak bisa dipungkiri dunia yang sekarang tak sama dengan yang kemarin. Kita tinggal menyesuaikan dan memanfaatkan media sosial agar berguna bagi kita,” ujarnya.

Koordinator Fasilitator Fajrin Baids menerangkan, dalam kegiatan ADL ini, ada tiga bugar digital yang difokuskan pada lansia.

Pertama, bugar hadapi penipuan.
Mereka mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang berbagai modus operandi yang digunakan oleh para penipu digital agar mampu mengenali potensi ancaman penipuan.

Kedua, bugar saat Pemilu. Mereka diberikan informasi yang jelas mengenai syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan hak pilih mereka.

“Selain itu, para lansia diperkenalkan dengan tanggal penting terkait penyelenggaraan pemilu, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dengan baik,” ujarnya.

Ketiga, fokus penginderaan hoaks. Mereka dibekali pemahaman tentang berbagai bentuk pengacauan informasi yang sering terjadi.

“Dengan menguasai ketiga konteks tersebut, para lansia akan menjadi lebih bugar secara digital dalam menghadapi berbagai ancaman dan tantangan dunia digital,” tutup Fajrin.(*)

Editors Team