Sebuah Simfoni di Lereng Gunung Pangalengan, Situs Budaya Rumah Adat Cikondang Yang Perlu di Lestarikan

Sebuah Simfoni di Lereng Gunung Pangalengan, Situs Budaya Rumah Adat Cikondang Yang Perlu di Lestarikan

Smallest Font
Largest Font

BERITASUARA.COM - Di tengah hamparan hijau lereng Gunung Pangalengan, Jawa Barat, tersembunyi sebuah bangunan tua yang menyimpan sejuta cerita.

Rumah Adat Cikondang, demikian namanya, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perjalanan waktu dan kearifan lokal masyarakat setempat.

Lebih dari sekadar bangunan, Rumah Adat Cikondang adalah sebuah simfoni budaya, sebuah perpaduan harmonis antara arsitektur tradisional, ritual sakral, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun temurun.

Terletak di Kampung Cikondang, Kelurahan Lamajang, Rumah Adat Cikondang menyapa setiap pengunjung dengan aura mistis dan khidmat.

Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 3 hektar ini memiliki luas bangunan utama 60 meter persegi. Konstruksi bangunannya yang unik memadukan bahan-bahan alami, seperti bambu, kayu, dan ijuk, menjadi sebuah karya seni yang memikat. Atap rumah berbentuk "julang ngapak", menjulang tinggi seperti sayap burung, melambangkan cita-cita dan harapan yang tinggi, sekaligus mengingatkan kita pada langit yang luas dan bebas.

Memasuki Rumah Adat Cikondang, kita akan disambut oleh "para", ruang khusus yang terletak di bawah atap. Di sini, tersimpan dengan rapi berbagai peralatan upacara ritual yang menjadi jantung tradisi masyarakat Cikondang. Setiap tanggal 15 Muharram, Rumah Adat Cikondang akan dipenuhi oleh hiruk pikuk perayaan tahun baru dalam penanggalan tradisional masyarakat setempat. Ritual 15 Muharram, yang diyakini dapat membersihkan diri dari marabahaya dan bencana, menjadi momen sakral yang menyatukan seluruh warga Cikondang.

Namun, Rumah Adat Cikondang bukanlah sekadar tempat pelaksanaan ritual. Bangunan ini juga menyimpan berbagai tradisi dan kesenian yang unik. Salah satunya adalah kesenian "beluk", sebuah pertunjukan olah vokal yang dimainkan oleh dua orang. Kesenian ini menggunakan syair-syair tradisional yang sarat makna dan filosofi, mengisahkan kisah-kisah tentang kehidupan, cinta, dan perjuangan masyarakat Cikondang. Syair-syair tersebut diiringi oleh alunan suara yang merdu, menciptakan harmoni yang memikat jiwa.

Keunikan Rumah Adat Cikondang tidak hanya terletak pada bangunan dan ritualnya, tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Di sebelah selatan rumah adat, terbentang hutan karamat yang dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat. Hutan ini memiliki aura mistis yang kuat, diyakini sebagai tempat bersemayamnya para leluhur. Pohon-pohon di hutan ini hanya boleh diambil untuk keperluan renovasi atau rehabilitasi rumah adat, sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan para leluhur.

Tidak jauh dari rumah adat, terdapat makam keramat Uyut Pameget dan Uyut Istri yang selalu ramai diziarahi. Makam ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Cikondang memiliki keyakinan yang kuat terhadap spiritualitas dan nilai-nilai luhur.

Di sebelah utara rumah adat, berdiri "leuit", lumbung tempat menyimpan padi hasil panen. Di sebelah barat terdapat "lisung", alat tradisional untuk menumbuk padi menjadi beras. Di dekat lisung, dibangun "bale paseban", tempat pertemuan untuk berbagai kegiatan sosial masyarakat.

Rumah Adat Cikondang bukan hanya sebuah bangunan, melainkan sebuah simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Cikondang. Bangunan ini menjadi bukti nyata bahwa budaya dan tradisi dapat bertahan dan berkembang dari generasi ke generasi. Melalui pelestarian Rumah Adat Cikondang, masyarakat setempat berharap dapat menjaga warisan budaya mereka untuk generasi mendatang, agar nilai-nilai luhur dan kearifan lokal tetap hidup dan lestari.

Rumah Adat Cikondang, dengan segala keunikan dan pesonanya, mengajak kita untuk merenungkan pentingnya menjaga warisan budaya dan tradisi. Bangunan ini mengingatkan kita bahwa setiap budaya memiliki nilai dan makna yang mendalam, dan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama.

Sumber : Kemdikbud.go.id

Editors Team
Daisy Floren